Halaman Blog ini

"SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA KAWAN"

Selamat datang di website saya kawan. Mari kita berbagi! Berbagi ilmu, berbagi rasa, berbagi pengalaman, berbagi materi atau berbagi apa saja. Kita isi kehidupan ini dengan hal-hal yang positif, yang bermanfaat, yang membangun bagi diri sendiri dan sesama. Mari kita wujudkan Indonesia yang damai sejahtera, mulai dari diri kita, mulai saat ini, atau tidak sama sekali! Salam Damai Indonesia.

Jumat, 09 September 2011

Rumput Tetangga Selalu Terlihat Lebih Hijau? Ah! Masak?!!


“Kesuksesan adalah mendapatkan apa yang kita inginkan, kebahagiaan adalah menginginkan apa yang kita dapatkan.”


Jakarta, 8 September 2011

Saya termasuk orang yang tidak setuju dengan judul di atas. Lha bagaimana mau setuju, di kampung saya, saya berani jamin yang punya taman paling hijau hanya di rumah saya. Lainnya; ada yang pelataran biasa, ada yang berumput liar, ada yang di semen semua, ada yang sudah jadi garasi, ada yang rumputnya mati digilas ban mobil, bahkan ada yang tidak punya pelataran sama sekali. Jadi meskipun cuman berukuran dua kali empat meter, taman di rumah saya menurut saya tetap yang tercantik dan terhijau, bukan saja kerena rumput gajah mini dan tanaman mini gardenia-nya yang rapi terawat tetapi gemerciknya suara air di kolam koi serta semerbak wanginya melati itu yang membuat saya betah berlama-lama duduk dekatnya (di teras) sambil membaca buku tiap malam. (Kebiasaan membaca buku setiap malam di teras dengan hidangan ringan dan teh poci di teko tanah liat atau jus buah merupakan saat-saat yang membahagiakan bagi saya, apalagi dengan ditemani isteri tercinta).

Pasti Anda akan berkomentar; Ah, Pak Eko! Itu kan cuman istilah saja yang artinya adalah bahwa apa pun yang kita miliki ternyata kepunyaan orang lain lebih indah, lebih baik dari punya kita. Ada yang lebih ‘menarik’ dibanding milik kita. Entah milik itu berupa benda, situasi, suasana atau bahkan (payahnya) menyangkut manusia, anggota keluarga kita; anak, istri, suami kita. Bukankah banyak masalah yang timbul karena kita merasa iri dengan apa yang dipunyai tetangga? Minimal kita pendam dalam hati dan mungkin malu-malu mengakui bahwa apa yang dimiliki tetangga kita jauh lebih baik dari apa yang kita miliki.

Dalam hati kita mungkin berkata; motornya Pak Karyo bagus banget ya, motorku, sudah butut sering mogok lagi; anak-anaknya Pak Faizal baik dan cakep-cakap, anakku, udah bodoh, malas, jelek lagi; mobilnya Tante Pretty keren loh keluaran terbaru, mobilku, udah tua, jelek, sering masuk bengkel; istrinya Pak RT cantik bener, kelihatan muda, seksi dan seger, istriku, udah gembrot, gak mau dandan, bau lagi; suaminya Tante Ivon gagah loh, udah ganteng kaya lagi, suamiku, udah botak, tua, males, gak bisa apa-apa. Dan lain-lain dan lain-lainnya. Lebih parahnya lagi, bukannya kita berusaha memperbaiki milik kita yang menurut kita kurang baik itu, justru malah kita ‘menginginkan’ milik tetangga kita tersebut. Kita menggunakan pembenaran-pembenaran kita sendiri untuk berdalih supaya bisa ikut ‘memiliki’ rumput tetangga kita.

Kalau melihat istilah di atas mungkin sama maknanya dengan istilah ini; “Pelangi itu selalu berada di atas kepala orang lain, tidak pernah di atas kepala kita.” Kecenderungan manusia adalah melihat bahwa orang lain selalu lebih baik dari kita, kebahagiaan selalu di atas kepala orang lain, tidak pernah di atas kepala kita sendiri. Kalau ketemu orang yang cantik/ganteng, kita merasa sial mengapa wajah kita jelek. Kalau melihat orang lain sukses, kita merasa menjadi orang yang bernasib buruk. Kalau melihat orang lain kelihatan bahagia, kita merasa menjadi orang yang paling tidak beruntung. Orang banyak yang tidak tahu bahwa iri hati, sakit hati, dengki, cemburu sangat merusak hidup kita, menjauhkan kebahagiaan dari kita. Orang yang iri/sakit hati sering tidak bisa tidur memikirkan orang ‘yang di-iri-in-nya’ sementara orang yang ‘diiriinnya’ bisa dengan santai dan nyamannya menjalani hidupnya. Fenomena yang aneh, bayangkan saja; tetangga yang ganti mobil baru, kita yang tidak bisa tidur. Kita bisa mati sendiri oleh karena sakit hati kita, sementara orang yang kita ‘sakit hatiin’ tidak merasa apa-apa. Maka benar kata kitab suci; bahwa Sesungguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati, dan orang bebal dimatikan oleh iri hati. (Ayub5:2).

Inilah permasalahannya. Kalau semua orang ditanya, apakah ingin hidup bahagia? Semuanya pasti menjawab. Mauuu..! Namun parahnya mereka tidak tahu bahwa kunci kebahagiaan itu sebenarnya ada pada kita sendiri. Ada dalam otak/pikiran kita sendiri. Dengan iri/sakit hati sesungguhnya kita sedang meracuni pikiran kita sendiri sehingga berdampak merusak kebahagiaan kita. Kita tidak bisa mengendalikan keadaan di sekitar kita, tetapi kita bisa mengendalikan pikiran dan respon kita. Kita bisa memilih dan mengelola pikiran kita. Managing mind itu kuncinya. Mungkin secara fakta memang benar bahwa apa yang dimiliki tetangga kita memang jauh lebih baik dan indah dari apa yang kita miliki, namun alangkah indahnya kalau kita mengelola pikiran kita menjadi seperti ini; Ah, mereka menjadi seperti itu kan karena sudah melewati proses yang kita sendiri tidak tahu sehingga sudah sepantasnya kalau mereka seperti itu. Dan memang kebanyakan orang berkomentar hanya kepada hasil akhir bukan pada proses. Kalau kita menyadari bahwa sesuatu terjadi karena proses (baca: usaha/tindakan/action) maka kita justru akan menghargai apa yang sudah didapat dari orang lain tersebut. Dan seharusnya kita belajar dari usaha/proses yang dialami tetangga kita tadi. Jadi, latihlah, biasakanlah pikiran kita untuk tidak melihat sisi jeleknya orang lain saja. Dengan berpikiran positif, kita akan bahagia. Hidup kita jadi enteng, tanpa beban, enjoy.

Kembali ke rumput tetangga tadi. Nah, kalau rumput saya terlihat lebih hijau, rapi dan terawat, itu bukan terjadi hanya dalam waktu semalam saja. Ada proses dan usaha yang cukup melelahkan di sana. Ada action yang consistence dan persistence! Saya harus membeli bibit rumput, saya harus mengolah tanahnya—saya mencari tanah humus yang gembur dan baik di lereng dekat sungai dan mengangkutnya di bahu saya dengan menggunakan bekas kantong beras, melompati batu-batu sungai kecil dan memanjat tanggul, bolak-balik sampai seluruh area taman tertutup, mengaduknya, mencangkulinya—saya menanamnya dengan hati-hati dan rapi, saya menyiraminya setiap pagi dan sore, saya memberinya pupuk, saya menyianginya kalau ada rumput liar. Untuk tanaman sekelilingnya, saya mencari bambu, memotongnya, mengikat benang dan menimbangnya dengan meteran dan selang yang diisi air (supaya tingginya sama rata) membentangnya dan memengkas tanamannya sesuai benang. Untuk kolamnya saya ganti airnya setiap dua minggu sekali, membersihkan pompanya, saringannya, mengatur selangnya dan memberi makan ikannya setiap hari. Dan sangatlah tidak mungkin kalau saya melakukan semua itu bila dengan tanpa rasa sayang (dengan hati). Saya melakukannya dengan senang, saya menikmatinya, saya merawatnya dengan hati, sehingga detail kecil dahan bengkok pun saya tahu kemudian saya ikat dan atur. Dan saya berbahagia melakukan semuanya itu.

Itulah prosesnya, dan kalau saja ada orang yang iri melihat taman saya, itu karena mereka hanya melihat hasil akhirnya tanpa mau melihat prosesnya. Halaman dan taman yang hijau hanyalah salah satu contoh. Bagi saya, meskipun tua, mobil saya tetaplah mobil yang terbaik dimana saya bisa dengan nyaman dan aman membawa seluruh keluarga saya jalan-jalan. Rumah saya yang meskipun kecil adalah rumah terbaik yang Tuhan sudah titipkan kepada saya. Anak-anak saya adalah anak-anak yang terbaik, terpintar, terganteng. Isteri saya adalah isteri yang terbaik, tercantik, terindah yang sudah Tuhan berikan kepada saya. Semua yang ada pada saya adalah yang terbaik yang Tuhan sudah titipkan. Olehnya saya juga harus merawat dan menjaganya. Saya tidak akan membiarkan mobil saya bobrok tak terawat, saya tidak akan membiarkan rumah saya buruk dan kusam tak tersentuh, saya tidak akan membiarkan anak-anak saya tumbuh menjadi anak berandalan, dan saya sangat tidak akan membiarkan istri saya menjadi cepat tua, jelek dan berperilaku buruk. Saya tahu pasti saya harus menjalani semua proses itu, dan saya akan menjalaninya dengan penuh sukacita.

Nah, kalau sudah paham betul akan hal itu, maka jelas tidak ada istilah Rumput Tetangga Selalu Terlihat Lebih Hijau dalam kamus hidup saya. Rumput di halaman saya tetap paling hijau! Karena saya mau hidup berbahagia, maka saya tidak akan iri dan sakit hati kepada orang lain. Saya akan menjaga pikiran saya tetap positif. Dan pastinya kalau saya sudah mendapatkan apa yang saya inginkan, maka saya tetap akan menginginkan apa yang telah saya dapatkan. Itulah kebahagiaan.

Salam rumputku hijau!

Tidak ada komentar: