Halaman Blog ini

"SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA KAWAN"

Selamat datang di website saya kawan. Mari kita berbagi! Berbagi ilmu, berbagi rasa, berbagi pengalaman, berbagi materi atau berbagi apa saja. Kita isi kehidupan ini dengan hal-hal yang positif, yang bermanfaat, yang membangun bagi diri sendiri dan sesama. Mari kita wujudkan Indonesia yang damai sejahtera, mulai dari diri kita, mulai saat ini, atau tidak sama sekali! Salam Damai Indonesia.

Jumat, 08 Juli 2011

Polisi Tidur ‘Kroak’

Balikpapan, 8 Juli 2011


Menurut Anda, bagi seorang pengendara sepeda motor hal apakah yang paling menyenangkan yang pernah Anda temui bila berlalulintas di Jakarta? Kalau menurut saya (dan mungkin kebayakan orang lain juga) bahwa ketemu polisi tidur yang sudah ‘kroak’ memang sangat menyenangkan. Hahaha… ‘kroak’ memang tidak ada di kamus Bahasa Indonesia, namun yang mengaku orang Jawa pasti mengetahui istilah tersebut. Istilah yang mungkin mendekati kurang lebih adalah: coak, gumpil, cuwil, rontok sebagian, atau hancur sebagian, bolong (yang tidak rata) sebagian. Saya menggunakan istilah tersebut karena saya rasa sangat pas. Seperti halnya kata-kata; badanku ‘mriyang’, kakiku ‘ngoplok’, tanganku ‘gringgingen’, dan lain sebagainya.


Menemukan polisi tidur yang kroak ibarat kita berdiri berjam-jam dalam bus kota kemudian dapat tempat duduk karena ada seorang penumpang yang turun, atau menemukan tempat yang sepi saat perut kita ‘seneb’ menahan (maaf) kentut, atau ibarat ketemu wc umum setelah ngebet kebelet pipis. Bagi saya yang seorang biker maupun driver, ketemu polisi tidur adalah hal yang sangat menyebalkan. Saya harus mengurangi laju kendaraan saya, harus oper ke gigi rendah, harus ngatur posisi duduk supaya gak terlalu nyakitin pantat, dan yang jelas harus merogoh kantong lebih dalam karena otomatis pemakaian bahan bakar menjadi lebih boros. Makanya bila ketemu polisi tidur yang ‘kroak’ saya seakan-akan menemukan sedikit ‘kelegaan’ karena bisa sedikit lepas dari masalah tersebut di atas, sama halnya perut jadi lega setelah (maaf) kentut dan pipis, seta kaki jadi rileks setelah dapat tempat duduk.


Menurut mbah wiki, Polisi tidur atau disebut juga sebagai Alat Pembatas Kecepatan adalah bagian jalan yang ditinggikan berupa tambahan aspal atausemen yang dipasang melintang di jalan untuk pertanda memperlambat laju/kecepatan kendaraan. Untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan bagi pengguna jalan ketingginya diatur dan apabila melalui jalan yang akan dilengkapi dengan rambu-rambu pemberitahuan terlebih dahulu mengenai adanya polisi tidur, khususnya pada malam hari, maka polisi tidur dilengkapi dengan marka jalan dengan garis serong berwarna putih atau kuning yang kontras sebagai pertanda. Akan tetapi polisi tidur yang umumnya ada di Indonesia lebih banyak yang bertentangan dengan disain polisi tidur yang diatur berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No 3 Tahun 1994 dan hal yang demikian ini bahkan dapat membahayakan kesehatan bagi para pemakai jalan tersebut.


Nah, ini dia masalahnya. Sepanjang pengalaman di jalan-jalan raya ketemu polisi tidur ‘yang semaunya’. Tingginya nggak pakai etungan lagi, sehingga sering mentok di bagian bawah kendaraan, atau bentuknya yang curam, nggak landai sehingga kalau mbentur roda bisa bikin pegel di tangan atau sakit perut. Bahkan anehnya di jalanan kampung yang sudah hancur pun sering dipasangin polisi tidur. Ampun dah, jangankan mau ngebut mau lewat aja masih harus milih-milih jalan yang agar rata. Bersyukur dah ketemu polisi tidur yang kroak, minimal saya bisa merasakan kelegaan meskipun hanya beberapa saat saja.


Namun saya sering melihat beberapa kejadian (bahkan sering), karena semua orang sudah merasakan betapa ‘nikmatnya’ sedikit kelagaan itu, maka mereka berebut untuk melewati ‘kroak-an’ itu sehingga suatu saat karena posisi ‘kroak-an’ itu ada di tengah-tengah maka pengendara dari dua arah yang tidak saling ngalah itu saling serobot dulu-duluan untuk lewat di celah itu. Sudah bisa dibayangkan, dua pengendara itu akhirnya harus rela bersrempetan dan terlibat adu mulut. Untunglah biasanya kalau mendekati polisi tidur kecepatan mereka tidak terlalu tinggi, sehingga dampak yang lebih fatal tidak terjadi.


Saya mencoba mengamati, menganalisa dan akhirnya membuat suatu kesimpulan bahwa mengapa orang membuat polisi tidur adalah karena ‘mental’ (lagi-lagi) bangsa kita yang senang ‘memaksa dan dipaksa’. Di jalan raya pun di ‘tempat-tempat tertentu’ sering dipasang polisi tidur. Mereka ‘memaksa’ pengendara yang lewat ‘wilayah kekuasaanya’ HARUS PELAN! Gak peduli siapa Anda, kalau lewat sini harus pelan! Ya udah… yang waras ngalah… Berikutnya adalah dari si pengendaranya. Mungkin sebagian besar pengendara (terutama motor) sering tidak peka bila melewati ‘daerah-daerah tertentu’. Mereka dengan arogannya nggak mau ‘ngendorin’ gas-nya barang sedikit. Mereka memang HARUS DIPAKSA untuk pelan! Maka ya dirasa wajar kalau yang empunya wilayah membuat polisi tidur.


Kembali saya yang jadi mikir sendiri, kalau begini caranya kapan masalah akan selesai kalau semuanya maunya ‘maksa dan dipaksa?’ yang jadi korbannya kan pengendara baik-baik seperti saya ini... hehehe... hanya karena ulah segelintir orang, semua orang jadi korban. Jadi jelas sudah masalahnya adalah bukan karena ada polisi tidur atau tidak, tapi masalahnya adalah hati nurani kita. Kalau hati kita baik tentunya kita tidak akan ‘ugal-ugalan’ dalam berkendara. Kalau hati kita baik, kita tentu akan lebih toleran untuk tidak memaksakan kehendak membuat polisi tidur. Kalau hati kita baik, tentunya kita tidak akan berebut lewat ‘kroak-an’ lagi.


Lalu penyebabnya, kenapa hati orang ada yang tidak baik? Ah… bukan level saya untuk menjawabnya. Mungkin saja sebagai pengimbang hidup di dunia ini. Kalau semua baik, nggak ada yang jadi polisi, nggak ada yang jual senjata, nggak perlu lagi kunci gembok pagar, nggak perlu lagi alarm mobil, nggak perlu hakim dan jaksa. Dunia memang penuh warna. Polisi tidur hanya sebagian kecil saja dari ‘warna’ dunia ini. Mari kita nikmati saja. Jangan pernah memaksa! Kalau Anda suka memaksa, sebaiknya tinggal di alam lain sana.


Salam tidak suka memaksa dan dipaksa!

Tidak ada komentar: