Halaman Blog ini

"SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA KAWAN"

Selamat datang di website saya kawan. Mari kita berbagi! Berbagi ilmu, berbagi rasa, berbagi pengalaman, berbagi materi atau berbagi apa saja. Kita isi kehidupan ini dengan hal-hal yang positif, yang bermanfaat, yang membangun bagi diri sendiri dan sesama. Mari kita wujudkan Indonesia yang damai sejahtera, mulai dari diri kita, mulai saat ini, atau tidak sama sekali! Salam Damai Indonesia.

Jumat, 26 Agustus 2011

Homesick, Rindu Udik



Jakarta, 26 Agustus 2011

Semuanya tersenyum, semuanya tertawa, semuanya bercanda, berfoto, bergurau, bersalaman, berpelukan, berciuman. Setidaknya suasana itulah yang saya lihat dari atas jendela kantor saya. Mudik bersama dengan armada bus terbaik di negeri ini dengan hanya membayar limapuluh ribu rupiah sudah bisa menghantarkan mereka sampai ke kota tujuan, yang bahkan sampai ujung timur pulau Jawa. Memang sudah menjadi tradisi perusahaan kami menyelenggarakan mudik bersama setiap tahun, tradisi yang mungkin membuat iri karyawan perusahaan lain. Karyawan tinggal duduk nyantai bersama kerabat atau keluarga, para pengemudi ‘profesional’ akan menghantar ke kota kerinduan dengan nyaman dan aman. Bahkan mereka tidak perlu repot-repot membawa bekal makanan, karena panitia sudah menyediakannya, dari minuman, snack, bahkan makanan untuk buka dan sahur keesokan harinya. Ah, meskipun saya tidak ikut mudik, saya bersukyur dan turut bahagia merasakan kebahagiaan menjadi karyawan perusahaan ini.

Euphoria mudik sudah mulai terasa saat ini. Di televisi, di internet, di radio, di surat kabar, di jejaring sosial, semuanya memberitakan informasi seputaran mudik dengan segala pernak-pernik yang menyertainya. Dari macetnya jalan tol, kiloan meter panjangnya kendaraan merayap di Pantura, berjubalnya penumpang di stasuin kereta dan terminal bus, ribuan motor yang menyemut di Kalimalang, hilir mudiknya penumpang dan barang di kapal-kapal penyeberangan, posko-posko bantuan mudik oleh agen-agen kendaraan, posko-posko kesehatan, posko-posko bantuan polisi, mobil-mobil pribadi dengan bagasi dadakan diatasnya menjadi pemandangan ‘unik’ yang (mungkin) hanya ada di Indonesia.

Tidaklah salah kalau euphoria seperti yang saya gambarkan di atas hanya ada di negeri ini, karena fenomena-fenomena di atas berkaitan erat dengan budaya bangsa ini. Mudik dengan segala resikonya sudah menjadi budaya turun-temurun bangsa ini. Lelah tetapi menyenangkan, berbahaya tetapi mengasyikkan. Ada makna yang sangat penting di dalamnya, sehingga mengalahkan resiko dan efek sampingnya. Dan makna itu tidak tergantikan, tak terbayarkan oleh apa pun juga.

Ah, rupanya saya salah! Budaya mudik ternyata bukan hanya ada di Indonesia dan oleh umat muslim saja. Mungkin hanya cara dan perilakunya berbeda. Dalam bahasa Spanyol rindu mudik ini disebut "el mal de corazón" yang artinya sakit hati. Hati yang sakit karena ridu kampung halamannya. Rindu mudik tersebut bisa disamakan juga dengan rindu akan masa lampau atau Notstalgia. Kata Nostalgia itu diserap dari dua kata dalam bahasa Yunani "Notos" yang artinya kembali ke rumah dan "algos" yang berarti sakit/rindu. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut Homesick, dalam bahasa Jerman "Heimweh" . Weh artinya sakit, Heim artinya rumah atau Heimat yang artinya tanah air. Kata Heim itu sendiri diserap dari bahasa Jerman kuno Heimoti yang artinya Surga.

Sedangkan di negeri ini kata Mudik diambil dari kata "Udik" yang berarti desa atau jauh dari kota alias di udik. Mudik berarti kembali ke udik, ke asal usul kita. Tidak peduli kita sekarang tinggal di kota besar, di rumah mewah, atau bahkan di luar negeri, ini tidak akan bisa menggantikan suasana seperti rumah di kampung halaman sendiri, meskipun begitu ‘udik’nya kampung kita.

Di Eropa, penyakit rindu mudik ini lebih dikenal dengan sebutan "penyakit orang Swiss". Masalahnya sejak abad ke 15 banyak sekali pemuda dari Swiss yang bekerja sebagai tentara bayaran di Italy, Perancis, Jerman maupun Belanda. Mereka itu adalah serdadu bayaran yang pertama, oleh sebab itu juga sampai dengan saat ini di Vatikan masih tetap mengerjakan para serdadu Swiss. Namun kelemahan dari para serdadu Swiss itu mereka sering rindu mudik. Hal ini membuat banyak serdadu tersebut yang sering minggat maupun bunuh diri. Maka dari itu pada abad ke 18 di Perancis orang akan dihukum mati apabila berani menyanyikan atau bersiul lagu kampungnya orang Swiss "Kuhreihen" (Ranz de Vaches), mereka takut para serdadu bayaran mereka minggat. Tetapi kayaknya kita nggak akan minggat deh hanya gara-gara mendengan lagu Bengawan Solo, hehehe.

Para perantau yang mengadu nasib di kota-kota maupun di luar negeri pada hari Lebaran dapat bertemu dengan sanak saudara, keluarga, serta kerabat di tempat kelahirannya. Rasa haru mewarnai ajang tali silaturahmi, karena mereka selama satu tahun atau lebih berpisah kini dapat berkumpul, bercengkerama, bersendau gurau, serta melepas rindu antar saudara dan kerabat. Dari silaturahmi ini, timbullah rasa kebersamaan, kekeluargaan persatuan dan kesatuan, sehingga dapat merasakan kembali hidup dalam kerukunan, atau rukun dalam kehidupan. Pada saat mudik; kita bisa menjaga silaturahim dengan kerabat di kampung halaman atau lebih jauh lagi kita

bakal tetap ingat kepada asal-muasal kita.

Namun bagi kita yang tidak bisa mudik seharusnya tidak perlu terlalau bersedih. Banyak cara kita untuk tetap bisa bersilaturahmi, misalkan melalui surat (sudah nggak jaman kali ya… hehehe… ) dan kalau emak, babe kita bisa internet, cahtting email, video conference adalah solusinya, atau minimal telepon, sebab kata arti sebenarnya dari silahturahmi adalah mendekatkan hubungan kekeluargaan dari segi aspek psikologis atau rohani saja, tanpa kehadiran jasmani atau fisik. Beda silatu-'rahim" sebab kata tersebut mengandung makna lebih dalam. Kata rahim berarti menyertakan jasmani dan rohani. Tapi bagaiamana pun, say yakin kepuasan bathin jelas akan lebih lengkap kalau bisa berjumpa secara fisik.

Nah, bendera start sudah diangkat, sirene polisi pengawal sudah meraung, gemuruh suara mesin bus sudah menderu-deru, lambaian tangan kerabat melepas Anda. Selamat jalan sobat, semoga perjalanan Anda menyenangkan kami doakan selamat sampai tujuan, bertemu dengan keluarga dan handai taulan, sehingga sempurnalah kebahagiaan kita.

Selamat Mudik. Tuhan memberkati.

(Cat. Data diambil dari berbagai sumber, terutama dari guru besar saya, Mang Ucup).

Tidak ada komentar: