Halaman Blog ini

"SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA KAWAN"

Selamat datang di website saya kawan. Mari kita berbagi! Berbagi ilmu, berbagi rasa, berbagi pengalaman, berbagi materi atau berbagi apa saja. Kita isi kehidupan ini dengan hal-hal yang positif, yang bermanfaat, yang membangun bagi diri sendiri dan sesama. Mari kita wujudkan Indonesia yang damai sejahtera, mulai dari diri kita, mulai saat ini, atau tidak sama sekali! Salam Damai Indonesia.

Selasa, 04 Oktober 2011

Daftar Masalah


“Daripada menghitung kesulitan Anda, cobalah menjumlah berkat-berkat yang telah Anda terima” – Geoffrey Still

Jakarta, 04 Oktober 2011

Ada hal unik baru di keluarga kami. Kami menyebutnya “Dafar Masalah”. Lembaran-lembaran kertas bekas ukuran A4 yang masih ada sisi kosong di baliknya, kami satukan, kami potong setengahnya, kami bundle dengan paper clip dan kami gantung di belakang rak buku sehingga mudah terlihat dan terjangkau. Setiap orang dari kami boleh menuliskan apa saja masalah—terutama peralatan rumah tangga—yang rusak, yang butuh perbaikan tangan ahlinya yaitu ayahnya.

Saya mengawalinya dengan menulis:

  • Kuras tandon air, karena memang lumutnya sudah banyak
  • Bongkar computer David, yang sudah sering mati-mati sendiri
  • Ganti/modifikasi filter mesin cuci, yang sudah sobek
  • Dempul plafond dan tembok yang rertak-ratak, setelah selesai musim kemarau
  • Benerin platina/otomatis pompa air, karena cetak-cetek terus

Lalu isteri saya menambahkan:

  • Seterika kurang panas
  • Ganti kampas rem motor Beat

Lalu Si A’an ikut-ikutan nulis:

  • Jam Aan yang Adidas mati
  • Air gallon habis

Hari berikutnya Si David ikut menambah panjang daftar dengan menulis:

  • Helm David rusak (topinya)
  • Jam (tangan) David diisi battery

Ide menulis ‘daftar masalah’ ini muncul, karena seringnya saya ‘lupa’ untuk mengerjakannya pada kesempatan-kesempatan hari libur saya. Bagi saya hari libur—Sabtu dan Minggu dan hari lainnya—merupakan kesempatan emas untuk melakukan aktifitas/kegiatan sebagai seorang ‘ayah sejati’. Biasanya pagi hari saya awali dengan berolah raga jogging bersama Goldie, dilanjutkan dengan membersihkan taman dan kolam, memandikan Goldie, mencuci mobil atau motor, membersihkan lantai car port, setelah mandi, sarapan dan rehat sejenak biasanya saya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan mereparasi peralatan rumah tangga yang rusak. Apa saja, pokoknya yang membutuhkan tangan seorang ayah! Mulai dari menutup lubang lantai dengan semen bila rayap sudah mulai mengeluarkan monument tanahnya sampai dengan mereparasi sambungan-sambungan pralon yang rembes. Dari mulai mereparasi engkol sepeda David sampai menyiangi rumput di sekeliling rumah. Dari mengutak-atik mobil sampai service AC kamar.

Hari libur adalah waktu-waktu yang sangat berharga. Kecuali saya lagi tidak enak badan, saya akan memanfaatkannya dengan maksimal. Dari pagi sampai sore bahkan menjelang malam saya gunakan untuk melakukan hal-hal fisik yang menyenangkan dan bermanfaat. Sambil rehat saya menikmati hidangan tahu goreng dengan saus cabe dan jus belimbing kegemaran saya yang disajikan isteri tercinta. Saya sangat menikmati melakukan semuanya itu. Saya merasakan bahwa inilah hidup, inilah fungsi seorang ayah, inilah rumah tangga yang sebenarnya. Inilah yang namanya bahagia. Bagi saya, sungguh sangat disayangkan bila kesempatan itu hanya dipakai untuk bermalas-malasan, tiduran, nonton tivi atau apa pun yang tidak menghasilkan manfaat.

Kembali ke ‘Daftar Masalah’ tadi. Rupanya dengan kesibukkan dan ‘keasyikkan’ saya melakukan itu semua, sampai saya lupa mana dulu yang harus dikerjakan. Saya kadang mengerjakan terlebih dahulu hal-hal yang sebenarnya kurang penting dan kurang urgensinya. Hal-hal yang urgent malah terlupakan dan saya kehabisan waktu libur saya untuk mengejakannya, sehingga terpaksa harus tertunda minggu depannya lagi. Karena hal inilah maka ide membuat ‘daftar masalah’ ini muncul. Saya tinggal menandai dengan lingkaran dengan tulisan ‘OK’ di tengahnya bila masalah sudah terselesaikan. Beres!

Namun uniknya semakin banyak tanda ‘OK’-nya, semakin banyak masalah yang saya selesaikan, daftar masalah-masalah baru muncul lagi. Baru saja saya selesaikan mengganti dan menyetel platina (otomastis) pompa air, sudah muncul masalah baru lagi; kunci pintu depan rusak. Baru saja saya selesai mengganti (modifikasi) filter mesin cuci, si David sudah menambahkan tulisan lagi; Goldie mulai kutuan. Dan seterusnya dan seterusnya. Sampai akhirnya tidak cukup lagi satu lembar. Saya harus tulis lagi dilembaran yang baru dengan tidak menyertakan lagi dafar masalah yang sudah OK.

Melalui daftar masalah yang tergantung di dinding itu saya dapat banyak pelajaran berharga mengenai kehidupan ini:

1) Yang pertama kita belajar mengenal diri kita sendiri melalui masalah-masalah yang terjadi pada kita. Sejatinya orang yang merasa tidak punya masalah berarti dia sendirilah yang bermasalah. Bagaimana menentukan sikap kita terhadap masalah tersebut.

2) Kita belajar mengenai rencana-rencana perbaikan. Kita menjadi terlatih untuk menganalisa suatu masalah, menemukan penyebabnya dan menentukan langkah atau tindakan apa yang akan kita lakukan untuk memperbaikinya serta melakukan tindakan pencegahan supaya masalah tersebut tidak terulang kembali.

3) Kita belajar menentukan skala prioritas. Tanpa prioritas, tindakan kita hanya buang-buang waktu saja, kita akan kelelahan mengurusi hal-hal remeh temeh yang sebenarnya bisa kita kerjakan belakangan.

4) Membuat hidup lebih hidup. Ada interaksi antar sesama anggota keluarga. Ada perasaan saling membutuhkan satu sama yang lain. Ada perhatian dan kepedulian serta kebersamaan. Tidak mungkin saya masuk ke dalam tandon air karena ukurannya terlalu kecil buat saya, jadi Si A’an yang masuk dan membantu membersihkan diding dalamnya.

5) Ada pertumbuhan. Sebab dengan demakin banyak masalah yang kita hadapi, kita menjadi orang yang terlatih, bijaksana, dan semakin dewasa. Berpengalaman menjadikan kita semakin percaya diri menghadapi tantangan hidup selanjutnya.

6) Menyadari kelemahan kita sebagai manusia. Ternyata ada banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan, dan kita harus pasrah dan menyerahkannya kepada orang yang lebih kompeten.

7) Lebih bersyukur, karena lewat masalah-masalah ini, ternyata mendidik kita untuk lebih berhati-hati, lebih cerdas, lebih bijaksana merawat barang titipan Tuhan yang sudah dipercayakan-Nya kepada kita.

Belum usai saya menulis ini, isteri saya laporan, “Yah, kran shower sudah dol, tidak bisa nutup rapat lagi, airnya ngucur terus!” Dan saya hanya bisa menjawab dengan enteng, “Catat saja di ‘daftar masalah’”. Lha mau diapain lagi, emang sudah waktunya rusak. Namun secara reflek pikiran saya bekerja untuk mencari solusinya. Bahwa masalahanya adalah untuk mengganti kran tersebut harus membongkar keramik di kamar mandi. Ah, gampang, pasti ada solusinya. Entah kapan saya mau memperbaikinya, yang penting, catat dulu.

Secara nalar daftar masalah saya ini semakin lama seharusnya semakin sedikit, karena sedikit-sedikit sudah saya atasi. Namun faktanya tingkat pertumbuhan kerusakan lebih cepat dari action perbaikan saya. Sehingga membuat daftar semakin panjang. Dan bila saya berfikiran negative, saya akan sangat menyesali nasib saya, mengapa masalah tak habis-habis. Mungkin saya akan menghakimi diri saya sendiri. Mungkin saya akan terintimidasi oleh pikiran saya sendiri. Sudah sewajarnya kalau saya mengeluh bahwa saya kurang beruntung. Dan sudah pasti kalau saya bersikap seperti ini pasti menghilangkan perasaan bahagia saya.

Alih-alih memikirnya banyaknya masalah yang saya hadapi, saya justru sangat bersyukur buat rahmat dan berkat Tuhan yang ‘melimpah’ bagi saya. Kalau mau saya catat satu per satu, tidak bakalan cukup satu buku tebal untuk mencatatnya. Ada terlalu banyak berkat jasmani maupun rohani yang sudah saya sekeluarga alami. Saya mempunyai seorang isteri yang cantik dan baik hati, saya mempunyai anak-anak yang sehat, pintar dan ganteng-ganteng, tak dinyana ternyata saya sudah memiliki dua rumah (meskipun yang satu belum bisa ditempati), saya punya kendaraan yang layak, saya punya tetangga yang baik, saya punya pekerjaan yang baik dan mapan, saya punya… saya punya… saya punya… banyak dan banyak lagi.

Inilah alasannya mengapa saya tidak boleh mengeluh. Berkat yang saya terima jauuuh…. lebih besar dan banyak ketimbang masalah yang saya hadapi. Dengan demikian saya akan senantiasa merasa menjadi orang yang berbahagia. Ah.. ternyata untuk menjadi bahagia itu mudah. Ia tidak kemana-mana. Ia ada di dalam diri kita.

Salam bahagia!