Halaman Blog ini

"SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA KAWAN"

Selamat datang di website saya kawan. Mari kita berbagi! Berbagi ilmu, berbagi rasa, berbagi pengalaman, berbagi materi atau berbagi apa saja. Kita isi kehidupan ini dengan hal-hal yang positif, yang bermanfaat, yang membangun bagi diri sendiri dan sesama. Mari kita wujudkan Indonesia yang damai sejahtera, mulai dari diri kita, mulai saat ini, atau tidak sama sekali! Salam Damai Indonesia.

Selasa, 13 Maret 2012

Multitasking


“Tidaklah cukup hanya menjadi sibuk, sebab semut-semut pun sibuk. Masalahnya adalah: Apa yang membuat kita sibuk?” – Henry David Thoreau
Bontang, 13 Maret 2012
Saya kadang tidak mengerti, sebegitu sibuknya kah orang-orang ini sehingga menjadi tidak peduli kepada mereka yang berpresentasi? Presentasi yang dirancang, dibuat, dilemburkan, dipusingkan, didebar-debarkan di jauh-jauh hari menjadi seolah-olah tak berarti. Di saat dia berapi-api, atau mungkin berkeringat dingin berdiri justru sang juri di sini hanya asyik sendiri. Sebelah kiri asyik dengan hp sendiri, sebelah kanan asyik dengan main game sendiri, deket pintu malah BB-an sendiri, yang paling dekat dengan yang berdiri malah internetan nggak tahu apa yang dicari.
Saya terbiasa berpresentasi, dan jika saja saya yang berpresentasi dikondisikan begini, saya tidak sudi! Saya akan ketuk-ketuk meja dengan spidol atau jika perlu dengan sedikit memaki. Lalu untuk apa mereka mengundang kemari kalau hanya disuruh bicara sendiri? Namun saya bukanlah anak ini, dimana kalau dilihat dari bermacam sisi dan segi memang seolah tiada arti. Mau dari sisi ilmu jelas jauh sekali, pengalaman apalagi. Jadi ya sudah… kalau tidak berani protes, ya memakilah dalam hati.
Sebagai salah satu juri, saya tidak hendak menunjukkan bahwa saya sok peduli, tetapi memang saya harus benar-benar peduli. Saya sering sekali mengajari dalam berbagai sesi bahwa kita harus saling berempati. Lah kalau saya sibuk sediri sementara dia berkeringat dingin berpresentasi, jelaslah sudah kalau saya menipu diri saya sendiri. Memang tidak bisa kita pungkiri keinginan asyik sendiri jelas merupakan godaan susah dihindari. Saya pun juga sangat sangat ingin sekali. Namun saya harus menahan diri, karena saya ingin menghargai.
Setidaknya sikap menghargai itulah yang selalu saya upayakan kepada siapa saja dan kapan saja. Saya menghargai dia yang berpresentasi sebagai orang yang sangat penting, sehingga saya sangat tidak rela kehilangan waktu untuk tidak mendengar apa yang diutarakannya. Saya tidak sedang bilang bahwa mereka para juri yang sedang asyik sendiri adalah tidak menghargai, namun silahkan coba sendiri. Bila Anda berdiri dan berbicara sendiri, sementara yang lain tidak peduli, bagaimana rasa di hati. Sebab tidak ada manusia yang tidak mau dihargai. Itu yang pertama.
Yang kedua, karena saya ingin menikmati saat ini, kekinian. Kalau tugas saya waktu itu adalah sebagai juri, ya saya akan benar-benar bekerja sebagai juri. Bukan juri yang disambi (dibuat sampingan). Saya harus menikmati bagaimana dia berpresentasi, bagaimana dia grogi, bagaimana dia berusaha lucu tetapi malah kaku, dan saya juga sangat menikmati kalau dia juga sebegitu berapi-api. Ya, dengan demikian saya merasa bahagia. Karena kebahagian bukan di sana tetapi di sini dan saat ini, bukan nanti. Seperti bahagianya saya saat ini saat saya mengetik tulisan ini.
Saya sangat tidak bisa percaya bahwa orang bisa mengerjakan bayak tugas dalam satu waktu. Sangat tidak mungkin. Kalau seolah-olah dia bisa pun pada hakekatnya di hanya sedang mengerjakan yang satu, kemudian kehilangan fokus dan dia pindah memikirkan dan mengerjakan yang lain kemudian kehilangan fokus dan dia segera beralih ke pekerjaan yang satunya. Begitu seterusnya. Ya, pada hakekatnya mereka sedang tidak berfokus. Ada tarik menarik yang sama-sama kuat di antara berbagai macam pekerjaannya. Yang satu karena tugas sebagai juri dimana seharusnya dia mengamati, namun karena ada yang ‘lebih menarik’ maka dia akan segera beralih dan meminati yang lebih menarik tadi. Dan saya yakin mereka menyadari bahwa mereka sesungguhnya sedang mencuri. Mencuri waktu tugas mereka yang sejati, dan saya semakin yakin mereka yang kehilangan fokus ini sudah pasti sedang galau yang pikirannya lagi kacau. Nah jelas sudah orang yang sedang galau bagaimana mungkin bisa dikatakan sedang berbahagia?
Manusia adalah manusia, bukan mesin yang mana disadari atau tidak manusia hanya bisa mengerjakan satu tugas di satu waktu. Jangan bilang bahwa kita bisa bekerja dengan tanpa berpikir, jangan bilang bahwa dengan alam bawah sadar kita bisa bekerja dengan tanpa berpikir. Sebab yang dikatakan bekerja di alam bawah sadar kita adalah hasil dari kebiasaan-kebiasaan bekerja (yang tentunya dengan berpikir) sehingga menjadi suatu ketrampilan yang saking biasanya ‘seolah-olah’ tidak perlu dipikir lagi. Seperti misalnya mengendarai mobil, sangat tidak bisa dikatakan bahwa saat kita memindah gigi kita secara tidak sadar. Jelas itu kita sadari dan kita pikirkan. Kalau kita tidak pikirkan atau kita sedang tidak berfokus, sudah bisa banyak bukti diberitakan, tak heran bila sebuah mobil bisa naik trotoar menghantam rombongan orang pejalan kaki. Coba tunjukkan kepada saya, pekerjaan apa sih yang bisa dikerjakan dengan tanpa berpikir?
Jadi, kembali ke masalah presentasi. Kalau saya boleh mengamati, sebenarnya kembali ke hati. Jangan bilang Anda terlalu sibuk sehingga harus selalu melihat BB sementara si grogi berpresentasi. Sebenarnya kita sedang tidak mau memberi hati. Jangankan kita, sesibuk apa pun seorang CEO, bila mendapat kabar anak istri di rumah sedang sakit keras, saya yakin dia akan cepat kembali, sebab di sanalah hatinya berada. Kalau kita rela memberi hati kita kepada pembawa presentasi, jangankan menjadi pemerhati, dia berhenti pun kita tidak bakalan rela hati. Lalu kapan kita mau berhenti asyik sendiri?

Kamis, 08 Maret 2012

Saya Harus Menulis


“Kita semestinya diajar untuk tidak menunggu inspirasi untuk memulai sesuatu hal. Tindakan selalu menciptakan inspirasi. Inspirasi jarang menciptakan tindakan” – Frank Tibolt

Tanjung Tabalong, 02 Maret 2012

Ibarat kendaraan, saat ini kondisi saya mungkin seperti steer yang cenderung belok ke satu sisi. Ibarat seekor burung, saat ini saya mungkin seperti burung yang sebelah sayapnya terluka sehingga miring terbangnya. Ibarat tubuh, saat ini saya mungkin orang yang gemar makan tapi enggan ke jamban dan ibarat tabungan, saat ini saya mungkin sedang giat menambah saldo tapi enggan membuat tarikan. Ya, saat ini saya menyadari bahwa saya sedang tidak seimbang. Dan seperti hukum alam segala sesuatu memang harus seimbang. Barang siapa yang menentang pasti alam punya cara sendiri untuk menyeimbangkan.

Hari ini adalah pas lima bulan saya tidak menulis. Padahal sebenarnya stok tulisan saya sangat banyak, dan sebenarnya tidak ada yang salah dan menyalahkan kalau saya tidak menulis. Toh saya menulis juga tidak ada yang menyuruh apalagi ada yang membayar. Tetapi karena menulis sudah merupakan kesenangan dan berkembang jadi kebiasaan, maka kalau saya tidak melakukannya saya merasa ada yang kurang. Ada sesuatu yang hilang, ada sesuatu yang janggal. Ada sesuatu yang menyalahkan saya, ada sesuatu yang terus membuat kepala saya terus berputar, ada suara hati yang terus menyuruh saya, Saya Harus Menulis.

Kalau saya menyangkal dan berusaha melakukan pembenaran, saya akan berkata; Ah, saya kan lagi sibuk. Ah, saya kan banyak pekerjaan. Ah, saya kan capek. Ah, saya kan nggak ada waktu. Ah, saya kan menunggu inspirasi dan Ah… Ah… Ah… lainnya. Dan pada kenyataannya mungkin saya hanya sedang malas. Kerakusan saya membeli atau meminjam buku sering tidak diimbangi dengan niat kuat membacanya sehingga buku-buku semakin bertumpuk di rak dan bahkan jatuh tempo pengembalian buku perpustakaan kantor pun yang cuman dua minggu bisa molor sampai dua bulan karena saya kehilangan minat membacanya. Namun tidak untuk kali ini. Tiga buku yang cukup tebal bisa saya lahap habis dalam beberapa hari. Dan inilah kondisi saya yang sebenarnya, kadang rajin, kadang malas, kadang berapi-api, kadang melempem. Yah, saya memang sedang tidak seimbang.

Terlalu memang, kalau hanya sekedar menulis saja bisa menjadikan berhala basi saya, sehingga seolah-olah saya merasa berdosa kalau tidak melakukannya, namun itulah saya. Kalau saya terlalu banyak membaca tetapi tidak menulis, saya merasa tidak seimbang. Saya merasa terus mengisi tetapi tidak mengeluarkan. Saya merasa selalu diberkati, tetapi tidak pernah memberi. Inilah sumber permasalahannya. Saya menganggap bahwa bilamana saya menulis, saya merasa sedang memberi, saya merasa sedang berbagi, saya merasa berkorban. Entah berbagi dan memberi model apa jika hanya sekedar tulisan di blog pribadi. Saya sangat berguna sekali kalau ada yang membaca tulisan ini, ada yang mengunjungi blog saya saja sudah merupakan kegembiraan tersendiri, meskipun kunjungannya hanya kebetulan belaka, salah klik atau coba-coba.

Kesempatan saya dimana sering bekerja di luar daerah, sering menginap di hotel bagi saya adalah keberuntungan yang tak terkira. Saya seharusnya punya lebih banyak waktu untuk menulis dibandingkan di rumah di mana waktu saya harus tersita demi anak-anak dan isteri tercinta. Bukannya saya tidak suka tinggal di rumah, tetapi memang meluangkan waktu demi keluarga harus menjadi hal yang utama, karena di sanalah harta and hati saya berada. Jadi alangkah dungunya saya bila saya nekat menulis sementara anak merengek manja minta belajar bersama. Dan itulah komitmen saya, jika menulis menjadi kegembiraan dan kebahagian bagi saya dan saya tidak bisa lakukan di rumah, maka di saat saya di luar kota, saya harus bisa melakukannya.

Dan saat ini kembali saya bertugas di luar kota. Di daerah yang signal pun malu-malu nongolnya. Kalau saya sudah banyak membaca, punya cukup waktu, lalu mau apa? Menulis! Dan saat Anda membaca tulisan saya inilah, semangat menulis saya sedang membara. Saya mau seimbang. Saya tidak mau terintimidasi oleh suara hati saya sendiri. Saya harus menulis! Itu komitmen saya. Dan saya harus mulai! Saat ini dan di sini!