Halaman Blog ini

"SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA KAWAN"

Selamat datang di website saya kawan. Mari kita berbagi! Berbagi ilmu, berbagi rasa, berbagi pengalaman, berbagi materi atau berbagi apa saja. Kita isi kehidupan ini dengan hal-hal yang positif, yang bermanfaat, yang membangun bagi diri sendiri dan sesama. Mari kita wujudkan Indonesia yang damai sejahtera, mulai dari diri kita, mulai saat ini, atau tidak sama sekali! Salam Damai Indonesia.

Selasa, 16 Agustus 2011

Mobil Mewah Mental Sampah

Jakarta, 15 Agustus 2011

"Contoh yang baik adalah nasehat terbaik." ~ Fuller

Senin pagi ini sama seperti hari Senin–hari Senin sebelumnya. Lalu lintas padat merayap, ah biasa… saya tidak akan mengeluh untuk itu. Galian kabel di bahu jalan yang membuat gundukan tanah berceceran dan licin waktu hujan pun tidak saya keluhkan. Pengemudi motor yang ‘slonong boy’… ah biarkan saja. Pengemudi mobil yang ‘maksain’ jalan berjejal ngambil jalan motor, mau diapakan lagi? Ya wis ora opo-opo, sing waras ngalah. Namun ada yang lain dari biasanya di Senin pagi di jalanan utama kawasan industri ini. Jalanan yang tidak bisa dibilang indah ini dipenuhi dengan bunga-bunga aneka warna. Di trotoar, di bahu jalan, di tengah jalan, di selokan. Ya, bunga-bunga sampah! Ah.. rupanya kemaren habis ada ‘pesta rakyat’ di sini.

Sebenarnya untuk negara ini hal tersebut tidaklah aneh. Saya sering menyaksikan sendiri, hampir di setiap acara yang mendatangkan massa yang besar, bunga-bunga sampah selalu bermekaran di mana-mana. Ada kertas koran, bekas botol/kaleng minum, gelas plastik, kantong kresek, bekas bungkus makanan, bungkus rokok dan masih buanyaaak yang lainnya. Perhatikanlah, setelah acara pertandingan-pertandingan olah raga, pertunjukan musik, sehabis acara lomba-lomba, kampanye-kampanye, bahkan sehabis acara religi di lapangan, sampah berserakan seolah-olah adalah pemandangan yang lumrah.

Ternyata sebenarnya saya tidak perlu jauh-jauh mengamati hal-hal di atas. Di lingkungan tempat tinggal saya yang secara geografis ada di pinggir kota, masih sejuk karena masih banyak pepohonan pun ternyata sudah mulai banyak sampah yang menumpuk bahkan berceceran di beberapa tempat. Tadinya jalan masuk gang tempat tinggal saya begitu sejuk, bersih dan adem, namun akhir-akhir menjadi begitu tidak nyaman karena ulah segelintir warga (lingkungan lain) yang seenaknya saja membuang bungkusan-bungkusan sampah di sekitaran situ, sehingga memancing orang lain untuk melakukan hal yang sama. Dan kebetulannya lagi di lingkungan banyak kucing dan anjing yang berkeliaran, maka sudah dapat ditebak hasilnya, buntalan-buntalan itu ‘diodol-odol’ dan terhamburlah isinya. Harum baunya menyebar kemana-mana.

Untunglah kami masih mempunyai banyak warga yang ‘sadar’, pernah kita buatkan dan pasang papan peringatan untuk tidak membuang sampah. Namun tidak berumur lama, paling-paling cuman seminggu, bahkan papan pengumuman yang dibuat seadanya itu pun hilang entah kemana. Lenyap.

Di suatu kesempatan terkadang membuntuti sebuah mobil mewah ada asyiknya juga. Karena saya menyukai otomotif, paling tidak saya bisa mengamat-amati bentuk; bodynya, warnanya, undercarriage-nya, rodanya dan lain-lainnya. Dan paling tidak saya membayangkan kalau mobil ini dijual bisa dapat sepuluh buah mobil saya. Saking asyiknya membututi, saya lihat mobil di depan, jendela depan kanan tempat pengemudi dibuka dan, brrrr… sampah melayang keluar, bungkus lemper (kalau tidak salah) tergeletak di jalan. Tak lama berselang, jendela belakang kiri dibuka, keluar tangan kecil dan brrrr… kantong plastik bekas minuman lengkap dengan sedotannya terbang di trotoar. Rupanya jendela belakang sebelah kanan tidak mau ketinggalan, kaca diturunkan dan brrr… keluar sampah apa saya lupa.

Saya hanya bisa tersenyum dan bicara dalam hati. Kasihan sekali orang-orang ‘kaya’ dalam mobil mewah di depan itu. Ternyata mental-nya tidak sekaya mobilnya. Mungkin mereka sedang diburu waktu sehingga tidak sempat sarapan di rumah makanya makannya di jalanan. Mungkin mereka terlalu berhemat sehingga sayang kalau uangnya digunakan untuk membeli tempat sampah dalam mobil. Betapa sayangnya mereka kepada mobilnya sehingga tidak mau ada sampah di dalamnya. Kasihan anak-anak yang duduk di belakang itu, bukankakah seharusnya ia mendapat contoh dari ayahnya supaya tidak membuang sampah sembarangan bukan malah sebaliknya? Kasihan lingkunganku, mengapa terkotori justru oleh orang-orang yang seharusnya bisa diharapkan memberi contoh.

Saya teringat betapa saya sangat marah dan langsung menegur anak saya ketika ‘menyembunyikan’ bungkus permen di antara celah kasur dalam kamarnya. Saya ceritakan betapa Ayah sering lupa membawa bungkus permen di saku celana sampai ke rumah hanya gara-gara Ayah tidak mau membuang sampah sembarangan. Menyembunyikan sampah menurut saya adalah hal yang sangat kritikal, karena itu adalah masalah mental. Bila diteruskan akan sangat berpengaruh kepada watak dan kepribadiannya. Kalau dibiarkan, bisa sangat mungkin nantinya anak saya akan terbiasa ‘menguntil’, menyembunyikan yang bukan hak-nya, mengambil yang bukan hak-nya, terbiasa melakukan hal-hal buruk di saat tidak dilihat orang. Menurut saya salah satu penyebab mengapa orang korupsi adalah dari semenjak kecil mereka sudah ‘terbiasa menyembunyikan’ apa-apa yang bukan haknya! Melakukan hal-hal tercela saat tidak dilihat orang!

Pemda DKI boleh-boleh saja membuat aturan, bahwasanya barangsiapa yang ketahuan membuang sampah sembarangan bisa dikenakan denda antara Rp100.000 – Rp2.000.000 (Perda DKI Jakarta tentang Keteriban Umum No. 8 tahun 2007 Pasal 21 ayat b), namun selama penegaknya, tim disiplinnya hanya anget-angetan maka peraturan hanya menjadi kertas bungkus gorengan saja. Perilaku jorok warga yang sudah mendarah daging ini hanya bisa diatasi bila aturan dengan tegas dilaksanakan, bukan tebang pilih dan anget-anget tahi ayam. Harus disosialisasikan dan diterapkan dengan gencar! Perlu pemimpin yang tegas untuk itu! Pemimpin yang konsisten!

Bagi kita, jangan terlalu menuntutlah. Jangan bilang; nggak ada tempat sampah lah, nggak ada lahan untuk buang sampah lah, dan lain-lain. Yakin, kalau kita mau pasti ada jalan. Pasti ada cara kalau kita niat. Seorang ibu tua tetangga saja selalu mengumpulkan sampah rumah tangganya dan membakarnya tiap sore di lahan kosong dekat rumahnya. Yang menjadi masalah adalah kemalasan kita, rendahnya kesadaran kita, rendahnya penghargaan kita terhadap orang lain dan lingkungan. Dan itu bukan salah penjajah (yang selalu jadi kambing hitam) mewariskan budaya, itu adalah salah kita. Bagaimana mungkin seorang ayah/ibu membuang sampah sembarangan keluar mobil di depan anak-anaknya?

Masak sih, kalau mau lingkungan bersih dan nyaman warganya harus di bawa ke Singapore atau Jepang? Sudah terlalu parahkah mental bangsaku? Tidak! Saya yakin tidak! Masih terlalu banyak bangsaku yang baik, yang sadar peduli lingkungan. Paling tidak itulah pikiran positif yang selalu saya tanamkan di otak saya. Itulah optimisme saya. Meskipun pada kenyataannya, membuat sampah bertebaran sepanjang jalan masuk kawasan seperti pada pagi hari tadi jelas-jelas sangat tidak mungkin dilakukan oleh segelintir orang. Kekuatan massal yang bisa begini. Ah… betapa beratnya memimpin negeri ini.

Salam hidup bersih!

Tidak ada komentar: